Selasa, 06 Januari 2015

Zhong wen, Jaga Ashimamu Baik Baik


Assalamualaikum Beijing !
terima kasih bunda Asma Nadia, atas rangkaian kata yang tersusun indah dalam novel ini.

"Pergi Cinta Mendekat Cinta"

Sebelum membaca ini, rasanya hatiku dag dig dug, akan mendapat kejutan apa aku ini? karna baru baca tulisan yang tertera di cover rasanya sudah berat... tapi rasanya hatiku terkena magnet dan sudah ingin masuk menjadi tokoh utama dalam cerita.

Satu per satu halaman aku buka dan kubaca dengan saksama, geram, hatiku seperti terkena sembilu tajam, tersayat, karna pengkhianatan Dewa kepada Ra. Sebulan lagi khayal indahnya Ra tentang pernikahan, terbayar pilu oleh sang Dewa nya. Ya, ini berat, hatiku juga berat, rasanya ingin segera kutemui Dewa dan kucabik hatinya. Berawal dari penolakan Ra diajak Dewa untuk dikenalkan ke teman-temannya dikarenakan suatu hal, yaitu menemani Mama, lantas membuat Dewa sakit hati dan berfikiran sempit. Ditemukannya suatu jalan untuk menyenangkan dirinya, *mengantar rekan kerjanya, Anita, pulang ke rumah*, hanya mengantar (awalnya), dan malam semakin malam, sang Rembulan pun semakin meredupkan cahayanya, Dewa tak kunjung pulang ( karena Anita meminta menungguinya sampai Ayah Ibunya pulang), dan akhirnya...ah, semua sudah terjadi. 
--coba Dewa tak membuka peluang untuk digoda, pasti dia tidak akan tergoda--


Ra meminta Dewa bertanggung jawab layaknya seorang pria. Ra rapuh, tapi dia masih bersama Tuhan nya yang senantiasa menguatkan. Ra membatalkan pernikahan (aku bersorak, pilihan Ra yang terbaik). Kesetiaan yang diumbar Dewa selama 4 tahun seperti tak mempunyai nyawa, hanya di bibir. 

"Jangan kau sandingan nama Tuhan dengan kebohongan!" 

--kesetiaan karna Tuhan? apa sudah mati?

Ra hijrah. Hijrah dari air mata kepada sukacita, dari kekecewaan dengan memaafkan. Ra selamat, dari 'calon' suami yang pengkhianat. 

Ku buka halaman berikutnya, lagi dan lagi...

Ia sudah sampai di Beijing!

"Jika tak kau temukan cintamu, biarkan cinta menemukanmu."

"Asma"
"Ashima?"
"No... Asma"
"Ashima"

Zhong wen bertemu "Ashima" nya di dalam bus. Pertemuan pertama, tapi kemudian berujung rindu. "Rindu, bukan cinta". berkali kali Zhong wen meyakinkan hatinya bahwa itu hanya Rindu. Suatu waktu mereka bertemu kembali, Zhong wen bercerita habis tentang legenda cinta Ashima, putri cantik dari Yunnan. Asma terkesima. Sekar membantu perjalanan 'hijrah'nya.

Halaman berikutnya...berikutnya... lagi dan lagi...

Anita tak kunjung mendapatkan hati suaminya, Dewa. Dia mengira setelah menikah dengan Dewa, semuanya sudah selesai, ia menang, ternyata tidak. Dewa seperti orang gila yang setiap waktunya habis untuk memikirkan Ra. semuanya, Ra!. isi dompetnya pun bukan foto Anita, melainkan Ra. Ya, Dewa memang menikahi Anita, tapi jiwa dan hatinya tidak, ia berjanji setia kepada Ra. Dia ingin segera lepas dari Anita, seenggaknya menunggu sampai bayi itu lahir. Selama menikah, Dewa tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami, meskipun Anita selalu memperlakukan Dewa seperti raja di rumahnya. Hari-hari Anita penuh kesedihan, jangankan mendapatkan kasih sayang dari suaminya, perhatian pun tidak pernah ia dapatkan. hingga akhirnya ia mencoba bunuh diri dengan meminum banyak pil obat. Alhamdulillah, ia terselamatkan, bayinya juga. 

Di sisi lain, Asma sedang berjuang melawan penyakitnya, APS primer. ia mengalami kelumpuhan. tubuhnya yang dulu kuat dan harinya yang ceria, sekarang tergulai lemas, ia hanya berbaring lama di rumah sakit. tapi hari harinya tetap indah, 'surat elektronik' dari Zhong wen merubah hari kelamnya menjadi hari yang menyenangkan, Mama, Sekar, dan Zhong wen selalu ada untuk Asma.

"wo xiang ni"

(ini indah... entah sudah berapa kali air ini menetes dari kedua mataku)

Zhong wen diusir ayahnya dan ia menjadi asing oleh keluarganya, karna dia menyatakan diri sebagai Mualaf. Zhong wen memeluk islam. Ia menemukan hidayah melalui hadirnya 'Asma' dalam kehidupannya. Allah... :')

--

Dewa menggugat cerai istrinya. Dewa ingin kembali ke Ra. Dewa akan mengerahkan segala cara agar Ra bisa menerimanya kembali. 
(Dewa tidak pernah tahu seberapa besar perjuangan Ra untuk hijrah, ia tak tau! aku geram, untuk apa ia kembali? untuk menyandingkan kalimat Tuhan dengan kebohongan untuk kedua kalinya?)

Her name is *Asmara*

Dewa tidak menyangka, Ra nya sudah tidak seperti dulu, Ra cacat, Ra penyakitan. Ia diam saja ketika melihat Ra mengalami kebutaan, Ia tak bisa membayangkan, pernikahan indahnya akan berganti menjadi pengurus istri cacat dan penyakitan, ia tak siap. Dan Zhongwen, ia tidak pergi. ia semakin mendekat dengan Asma. ia melamar Asma dalam kamar rumah sakit. ia ingin Asma benar-benar menjadi Ashima nya. ia ingin menjaga Asma. Zhong wen menikahi Asma. Malam pertamanya, ia menjaga istrinya dengan baik, malam kedua dan malam malam berikutnya pun sama. Zhong wen tidak akan pernah membiarkan Ashima nya sendirian. ia membiarkan dirinya tak terurus, lusuh, karna hanya Ashima yang ia fikirkan. "Stroke 2!" Asma koma, dan beberapa hari setelah itu, hampir saja Zhong wen mendaratkan ciuman untuk Asma, namun Asma menamparnya, ia lupa, siapa yang sedang berada di sampingnya. Asma lupa ingatan!

Dewa kembali ke rumah Anita. Dewa memang layak hidup bersama Anita. bukan Ra, ia tak pantas beristrikan wanita seperti Ra. 

Zhong wen da berusaha keras untuk mengembalikan ingatan Asma. Asma sedikit-sedikit mengingat kejadian hidupnya. Zhong wen berhasil....istrinya kembali. Asma menyuruh Zhong wen menikah lagi dengan wanita normal, namun Zhong wen menolak, ia telah menemukan Ashima nya.

*Ada berapa Zhong wen di dunia ini? jawab!
*Ada berapa pria yang menolak menikah lagi dengan wanita yang lebih cantik padahal itu disuruh istrinya yang cacat? jawab!

Asma sanggup memberikan dua anak untuk Zhong wen meski ia cacat. Zhong wen sanggup bertahan meski hari-harinya telah habis untuk merawat istri yang cacat dan penyakitan. Asma layak bersanding dengan Zhong wen, mereka berhasil menyempurnakan ciptaanNya yang memang diciptakan labil, HATI.

“Tak perlu fisik yang sempurna untuk memiliki kisah cinta yang sempurna. Cinta sejati itu ada”

Bunda Asma Nadia, karyamu sungguh indah, tulisanmu telah menyihirku bersama ratusan bahkan jutaan ratus pembaca lain. 

---
AsmaRa, hiduplah berbahagia bersama Zhong wen mu.
........
Dan Zhong wen ku, masih dalam perjalanan, ia berjanji akan segera datang.
:)


Tegal, 6 Januari 2015
Salam rindu untuk bunda Asma.


Tertanda,
Ni'mah Naafi'atul Ulfah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar